Kozume Kenma - Level Up With Me, Won't You?
Level up with me, won't you?
Kozume Kenma x Reader
___________________
Yang paling kau tahu dari tetanggamu, Kozume Kenma adalah, dia yang kecanduan video game sejak kecil. Game adalah rutinitas tetapnya yang tidak pernah berubah hingga kalian menginjak tahun kedua SMA. Meskipun semenjak kedatangan tetangga baru kalian, Kuroo Tetsurou, Kenma mulai menjadi pegiat bola voli meskipun waktu yang ia habiskan untuk video game jelas lebih utama.
"Aku harus naik level, jadi maaf aku tidak bisa menemanimu bermain." Katanya, di tahun kelima sekolah dasar.
Bagimu bermain dengannya adalah satu-satunya hal yang kau sukai. Pertama, karena tak banyak anak kecil di kompleks perumahan kalian. Kedua, kau tidak terlalu menyukai teman-teman sekelasmu. Kenma setahun lebih tua darimu, tapi hingga saat ini, sosoknya kau anggap lebih dari seorang kakak.
"Naik level? Aku bisa kok menemanimu main game. 'Kan aku juga memainkan game yang sama denganmu," ujarmu polos.
"Maksudku, aku harus naik level dalam bermain bola voli."
Ah, begitu?
Kau bukannya tidak menyukai bola voli. Hanya saja, kau kesal saat Kenma lebih memilih berlatih bersama Kuroo, padahal kalian cukup dekat. Ditambah, Kuroo tidak ingin kau ikut bergabung dengan mereka karena kau yang cerewet menurutnya sangat mengganggu.
"Kuroo bodoh!" Cemoohmu setiap kau mendapati bocah dua tahun lebih tua darimu itu terlihat datang ke tempat Kenma. Tempat yang sebelumnya menjadi persinggahan tetapmu.
Sama sepertimu, Kenma tidak pandai berbaur dengan orang lain. Kuroo adalah satu-satunya kawan yang terus bertahan meskipun tak jarang dia kesal karena si bocah mata kucing itu lebih sering fokus pada konsolnya ketimbang mendengarkan celotehnya soal bola voli.
Bergabungnya Kenma dalam sebuah klub tak membuatmu begitu senang, karena kau tahu waktu dengannya akan terus berkurang setelah ini. Padahal kau menyukai saat-saat terbaikmu bersama Kenma. Lebih tepatnya, kau menyukai Kozume Kenma. Dan perasaan itu masih belum berubah meskipun kalian sudah sudah beranjak dewasa. Dan, sudah mencoba membuka hatimu untuk ditinggali orang lain.
"Besok Nekoma akan bertanding di babak penyisihan seprefektur. Kau akan datang, 'kan?" Kenma bertanya, saat kau kebetulan ditugaskan ibumu untuk datang ke rumah kediaman Kozume untuk mengantar oleh-oleh. Karena ibunya bilang bahwa Kenma ada, maka kau pun mampir ke kamarnya untuk sekedar memeriksa apakah dia masih seperti biasa. Dengan catatan bahwa kau akan segera pergi kalau musuh bebuyutanmu, Kuroo Tetsurou ada.
"Hm, besok aku ada kencan. Mungkin aku akan merubah tempatnya menjadi stadium." Jawabmu.
"Bukankah minggu lalu kau bilang kalau kau baru saja putus dari pacarmu?" Masih dengan suara tak bersemangatnya, Kenma kembali bertanya.
"Bukan dosaku 'kan kalau aku yang telah melakukan debut SMA ini sangatlah populer?" Ucapmu jumawa. Kau hanya ingin merubah imejmu menjadi sedikit lebih ramah dengan mencoba berinteraksi dengan lebih banyak orang. Dan kau tidak menyangka kalau itu justru membuatmu kerepotan karena tidak sedikit anak laki-laki di sekolah yang mencoba mendekatimu.
"Terserah lah…." Tanggap Kenma. Reaksi yang biasa kau dapat, dan kau tidak terkejut Kenma tidak tertarik dengan kisahmu. Karena saat ini hanya game dan bola voli yang menjadi prioritasnya.
"Aku akan datang besok. Jangan lupa kirimkan lokasinya ya? Aku 'kan tidak tahu di stadium mana kalian bertanding."
"Tentu."
"Kalau begitu, sampai jumpa besok!" Katamu sambil berdiri setelah sejam menguasai tempat tidurnya sementara Kenma duduk di lantai, fokus pada layar besar dan konsol game-nya. "Semangat!" Tambahmu sebelum keluar.
"*Un.*" Sahutnya pendek.
Kau tersenyum meraih kenop pintu saat Kenma kemudian memanggilmu "..., hei!"
"Ya?"
"Kau bisa hentikan itu, kalau tidak suka."
"Apanya?"
"Menerima pernyataan cinta secara acak."
Ini kali pertama Kenma memberimu nasihat soal hubungan asmaramu dengan orang lain.
"Siap, komandan!" Kekehmu sambil memasang salah satu tanganmu untuk sebuah pose hormat.
___________________
Pertandingan berakhir dengan kemenangan telak bagi Nekoma. Kau sangat bangga dengan kehebatan Kenma yang diapresiasi oleh pendukung di sekitarmu bahkan sampai kau hampir lupa bahwa kau tidak datang seorang diri.
Kau terlalu fokus pada Kenma sehingga kau mengabaikan orang yang sejak dua hari lalu menjadi pacarmu. Dan berakhir pacarmu memutuskan untuk tak lagi terlibat secara romantis denganmu karena dia yakin bahwa kau tidak serius berhubungan dengannya.
Padahal kau hanya sedang mendukung kawan karibmu.
*"Otsukare!"* Ucapmu setelah turun dari tribun penonton untuk menyapa Kenma dan rekan setimnya. Kau juga tidak melupakan rutinitasmu menjulurkan lidah pada Kuroo saat kalian tidak sengaja bertatap muka.
"Kupikir kau langsung pulang. Kau bersama pacarmu, 'kan?" Kenma bertanya sementara tangannya tetap aktif mengusap keringat sisa pertandingan tadi.
"Ah, itu? Tolong lupakan saja, hahaha."
"Aku ada meeting setelah ini. Kalau bersedia menungguku, kita bisa pulang bersama."
Kau segera mengiyakan.
___________________
"Jadi, apa yang terjadi?" Kenma memulai pembicaraan setelah keheningan cukup lama menyelimuti perjalanan kalian berdua.
"Hm?"
"Kau mencampakkan pacarmu lagi?"
"Mana mungkin! Mereka yang selalu berhenti dengan kemauannya sendiri. Kau tahu 'kan kalau aku terlalu baik dan selalu memberi orang kesempatan." Entah apa itu akan meyakinkannya, yang jelas kau hanya menutup kenyataan bahwa kau tidak bisa menjaga sebuah hubungan untuk bertahan lama.
"Lalu kenapa?"
Kau memberi sedikit jeda sampai kau berhasil memikirkan apa yang akan menjadi jawabanmu untuk pertanyaan Kenma.
"Hmm, mungkin karena aku terlalu memprioritaskan Kenma?"
"Heh? Kau mau bilang kalau semua itu salahku?"
*"Masaka …."* Cengiran kecil muncul pada wajahmu menanggapi reaksi Kenma yang terlihat sangat natural. "Sudah pasti salahku, 'kan? Karena aku tahu Kenma tidak tertarik dengan hal seperti ini."
Mendengar kalimat terakhirmu, Kenma menghentikan langkah serta meninggalkan layar smartphon yang semula mendapat perhatian penuh darinya.
"Hal seperti ini?"
Kau turut menghentikan langkahmu ketika kau tak lagi mendengar langkah kaki Kenma di sebelahmu. Rautnya terlihat sedikit berbeda dibanding saat-saat sebelumnya. Padahal kau berpikir bahwa ceritamu kali ini pun tidak akan membuatnya tertarik.
"Hal seperti memiliki pacar, misalnya." Jawabmu. "Kau sangat menyukai game dan bola voli. Sampai saat ini pun kau tidak pernah bercerita kalau kau menyukai seseorang 'kan?"
"Lalu apa itu ada hubungannya dengan kau dan ceritamu?"
"Ada. Karena aku menyukai Kenma."
Jawaban tegas yang kau berikan membuat kedua mata kucingnya terlihat sedikit melebar. Tidak ingin terdengar terlalu melankolis, kau kemudian menambahkan. "Jangan khawatir! Aku paling tahu kok kalau mungkin aku adalah orang paling terakhir yang ada di pikiranmu saat kau berpikir untuk memiliki pacar."
"Sejak kapan?"
"Hah?"
"Sejak kapan kau menyukaiku?"
"Hm …, karena keberadaanmu terlalu wajar bagiku, aku sampai lupa kapan perasaan itu muncul. Hehehe."
Seperti tak tahu harus menjawab apa, Kenma menghela napas panjang sebelum dia mulai fokus pada layar smartphone dan kembali berjalan.
Benar 'kan? Dia memang tidak tertarik padamu. Tapi kau sudah kebal akan hal itu dan berharap kau segera mengakhiri perasaan tak berbalas ini.
"Mau naik level bersamaku?" Kenma kembali memecah keheningan yang menyelimuti kalian untuk kali kedua.
"Naik level? Maksudmu game? Aku sudah tidak main game itu lagi. Kau tahu sendiri 'kan kalau aku cukup bodoh dalam menyusun strategi? Aku bisa bangkrut kalau aku mengorbankan seluruh uang sakuku untuk membeli item da-,"
"Bukan!"
Kau bahkan belum sempat menyelesaikan ocehanmu saat Kenma menukasnya dengan cepat.
"Ya, lalu?"
"Bagaimana kalau kita naikkan level hubungan kita? Aku juga lelah melihatmu bersama orang lain terus."
Meskipun teriknya hari ini bisa dengan mudah membuatmu dehidrasi, tapi kau masih cukup waras dan awas mendengar pertanyaan Kenma. Dan alih-alih menjawab, kau lebih memilih untuk tersenyum lebar kemudian menghambur, menggandeng tangannya.
___________________
Comments
Post a Comment