Natsu Yasumi no Jiyuu Kenkyuu|♯3. Research Project

Natsu Yasumi no Jiyuu Kenkyuu

~自由研究~




19 Juli


Panas.


Hal yang lumrah terjadi di musim panas. Namun entah sudah keberapa kalinya Atsumu mengeluh tentang betapa panasnya cuaca hari ini.


"Apa yang kau harapkan dari musim panas?" Bagi Osamu yang hampir 24 jam selama seminggu bersamanya, keluhan Atsumu tentang apapun adalah hal biasa.


Begitu pula dengan gadis yang kini berjalan, berjajar di tengah mereka.


"Apa yang kau harapkan dari musim panas, katamu?" Atsumu menyahut membalikan pertanyaan tersebut pada si empunya. "Tentu saja pantai dengan banyak gadis berbikini. Kau tidak berharap kita akan terus bersama gadis yang bahkan rata mirip papan kan?"


Telunjuk Atsumu mengarah pada sosok di sampingnya yang serta merta mengayunkan tasnya untuk menimpuk wajah dari si pirang itu.


"Aku tidak rata!" Kesalnya.


Kuwamoto Rei, gadis yang kini merengut sementara salah satu belah dari kembar Miya tengah mengelus pipi karena timpukannya. Ketiganya bersama cukup lama. Bisa dikatakan 99 persen dari usia mereka dilewati bersamaan semenjak keluarga si gadis pindah ke Hyogo hanya selang dua bulan setelah gadis itu lahir.


Osananajimiーkawan sedari kecil, begitu orang-orang mengenal hubungan dekat mereka bertiga yang lebih banyak berisi keributan di dalamnya.


"Tsumu, rata itu terdengar jahat. Dia hanya belum tumbuh sempurna saja!" Osamu berujar, meskipun itu tidak memberi follow yang bagus dan hanya membuat si gadis mengayunkan lagi tas sekolahnya, kali ini ke wajah Osamu.


"Osamu, kau pasti akan menyesal ketika aku sudah tumbuh!" Cetusnya kesal. Menjadi bahan olok-olokan dari keduanya bukan hal baru, dan Rei sudah cukup terbiasa dengannya.


"Aku selalu menantikannya!" Osamu terkekeh.


Hari ini adalah hari terakhir sekolah sebelum masuk liburan musim panas. Dibilang liburan pun ketiganya akan sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler masing-masing. Si gadis dengan klub panahan yang menurut laporannya beberapa hari lalu, klubnya akan mengadakan retreat ke sebuah tempat di bagian barat Kobe selama tiga hari. Lalu si kembar yang sibuk dengan latihan spartan setelah mereka lolos penyisihan menuju kompetisi bola voli nasional pertengahan musim panas ini.


Mereka pasti kelelahan bahkan sebelum PR musim panas selesai dikerjakan. Tidak akan ada pantai dan gadis berbikini seperti yang Atsumu bayangkan. Kalau bisa ke pantai pun Atsumu hanya akan berakhir dengan berenang sepanjang hari karena nyalinya terlalu kecil untuk menggoda gadis-gadis berbikini seperti yang selalu dia gembar-gemborkan.


"Ngomong-ngomong, setelah retreat-mu selesai apa kau ada kegiatan lain lagi?" Osamu bertanya selepas mereka keluar dari convenient store untuk membeli ice pop.


Panasnya musim yang rentan menyebabkan dehidrasi kerap kali memaksa mereka untuk mampir ke tempat itu untuk mencari sesuatu yang segar dan dingin.


"Hm, mengerjakan tugas musim panas. Mungkin." Rei menjawab sembari menghisap esnya.


"Kalau begitu kau bisa ikut ke Tokyo, bukan?"


"Aku tidak tahu."


Atsumu yang sebelumnya berkonsentrasi dengan batangan es miliknya kini menoleh, "Heh? Kau tidak ikut?! Kapan lagi kau bisa ke Tokyo untuk melihat kedua temanmu ini bertanding di kompetisi nasional? Tahun lalu pun kau absen 'kan?"


Menjadi salah satu kandidat juara nasional bukan hal baru bagi tim bola voli sekolah mereka. Di tahun pertama mereka SMA pun mereka sempat menjadi runner-up, meskipun tahun kemarin mereka tidak lolos ke semifinal.


Tahun ini mereka akan balas dendam, begitu kata Atsumu pada suatu hari.


"Aku hanya bilang tidak tahu, bukan bilang tidak ikut 'kan?" Rei membalas.


Atsumu masih memanyunkan bibirnya meskipun teman gadisnya itu bilang bahwa dia akan berusaha menyelesaikan tugasnya lebih cepat agar bisa ikut.


"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan tugas kalian?" Tanya gadis itu kemudian. Dia tahu bahwa mereka bahkan lebih sibuk dibanding dirinya.


"Ada Gin." Atsumu menyahut cepat.


Rei tidak kaget karena tahun lalu pun keduanya bilang bahwa mereka menyalin PR musim panas milik rekan satu tim mereka, Ginjima Hitoshi.


"Kasihan Gin." Celetuk Osamu, yang kemudian mengundang protes dari belah pinangnya.


"Kau juga ikut menyalin, heh!"


Rei hanya menggeleng pasrah melihat keduanya kemudian adu mulut sepanjang jalan. Hal yang terlalu biasa selama belasan tahun, namun dia masih selalu terganggu dengan itu.


"Oh iya, bagaimana dengan proyek riset kalian?"


Selain harus berkutat dengan PR musim panas, ada satu lagi tugas yang harus mereka selesaikan untuk kelulusan mereka nanti. Jiyuu Kenkyuuーproyek riset bebas, begitu sekolah menyebut tugas yang hampir setara dengan tesis untuk mahasiswa perguruan tinggi.


Siswa boleh memilih bidang apa pun sebagai obyek penelitian. Bisa dilakukan secara mandiri atau kelompok, dan terserah apakah mereka ingin berkelompok dengan kawan beda kelas ataupun beda tahun ajaran. Dengan kata lain, mereka bisa mengajak adik kelas untuk bergabung. Semuanya bebas.


Terdengar menarik. Tapi hasil dari proyek riset ini akan menjadi salah satu faktor lulus tidaknya siswa dari SMA Inarizaki, karena bobot nilainya nyaris 40% dari semua penilaian akademis selama tiga tahun.


"Sial, aku lupa." Atsumu hampir menjatuhkan ice pop-nya begitu dia mendengar tugas itu disebut.


Tahun lalu dia dan Osamu mendapat tawaran dari kelompok Kita Shinsuke, mantan kapten tim bola voli untuk mengerjakannya bersama. Tapi mereka menolak dengan alasan ingin fokus pada latihan dan kompetisi musim semi, padahal mereka hanya tidak ingin repot diceramahi oleh Kita yang terkenal bengis dengan kata-katanya.


Lalu tahun ini sudah hampir setengahnya terlalui tanpa mereka ingat bahwa tanpa proyek riset tersebut mereka dijamin tidak akan lulus.


"Tapi, biarkan saja! Tidak lulus pun aku masih bisa masuk tim di divisi satu."


Dikenal sebagai pengumpan terbaik semasa SMA mungkin menjadi satu privilese tersendiri bagi Atsumu untuk bisa dengan mudah memasuki panggung V League setelah menyelesaikan sekolahnya nanti. Tapi bagaimana kalau dia tidak lulus?


Bukan sekali dua kali dia mengeluh bahwa voli tidak ada kaitannya dengan prestasi akademis. Tak jarang pula dia diancam tidak boleh ikut bertanding saat nilainya buruk. Tahun kemarin saja Kita harus membujuk wali kelas mereka agar si kembar bisa ikut kompetisi musim gugur setelah gagal dalam sebagian besar mata pelajaran.


"Hm, tidak ada yang akan meragukan kemampuanmu sih. Tapi semua orang akan mengenalmu sebagai setter yang tidak lulus SMA."


"Itu buruk."


"Kalau begitu kerjakan tugasnya!"


Atsumu tampak menciut, meskipun kemudian dia kembali sumringah setelah memikirkan sesuatu. "Bagaimana kalau kita mengerjakannya berkelompok!"


"Siapa dan siapa?" Osamu menyahut. Tentu saja dia tidak ingin berakhir satu kelompok dengan saudara kembarnya itu. Intuisinya cukup tajam dengan bayangan bahwa akan terjadi perdebatan panjang apabila mereka memutuskan untuk bekerja sama.


"Kita bertiga." Balas Atsumu.


"Hah?" Gadis itu terlihat tak puas. "Yang benar saja? Aku tidak mau mengorbankan nilaiku."


"Aku tidak sebodoh itu!" Atsumu pun Osamu menyahut bersamaan. Untuk hal-hal seperti ini, entah mengapa keduanya benar-benar kompak.


"Kalau begitu coba beri ide penelitian yang cukup masuk akal!"


Dua wajah yang sama itu nampak serius berpikir.


"Membuat gunung vulkanik!"


"Membuat inovasi es krim rasa toro[1]?"


Rei menyesal karena sempat berharap bahwa keduanya akan melempar ide yang tidak cukup kanak-kanak untuk dijadikan bahan penelitian.


"Kalian ini bocah umur berapa?" Selorohnya kesal sambil mempercepat ritme langkah.


Meskipun Rei tidak terlalu ambisius perihal nilai, dia juga tidak ingin mengorbankan potensinya untuk meraih angka yang cukup memuaskan untuk proyek riset itu. Ditambah, beberapa waktu lalu ia juga sempat membahas beberapa tema bersama teman sekelasnya meskipun dia belum memutuskan akan bergabung dengan siapa.


Gunung vulkanik jelas adalah sesuatu yang biasa dibuat oleh anak SD atau SMP. Dan inovasi es krim rasa toro, katanya?! Meskipun ada glorifikasi dengan satu kata 'inovasi' dalam kalimat Atsumu, namun Rei masih berpikir keras tentang siapa yang akan memakan makanan itu.


"Apa salahnya dengan es krim rasa toro? Bukankah keduanya sama-sama enak!" Cemberutnya setelah Rei menyampaikan isi pikirannya.


"Carilah yang lebih terdegar ilmiah!"


Tidak mau tertinggal, Osamu pun menyahut. "Yang lebih ilmiah itu yang seperti apa memang?"


"Meneliti senyawa kimia atau perilaku manusia, misalnya."


Lagi, keduanya diam dan terlihat serius dengan menyentuh dagu masing-masing.


"Aku tahu!" Pekik Atsumu, sekejap setelah dia menemukan ide baru dalam kepalanya.


Osamu dan Rei hanya bisa berharap kalau bukan ide aneh lagi yang terlintas dalam isi kepala si pirang itu.



"Maksudmu salah satu dari kalian harus ada yang berpacaran denganku?" Gadis itu mengulangi pernyataan yang diucap oleh Atsumu dalam bentuk pertanyaan.


"Betul! Mari kita buktikan selama liburan musim panas ini, apakah dengan melakukan itu akan timbul perasaan suka di akhir penelitian." Atsumu terlihat cukup jumawa menjabarkan idenya meskipun adik dan teman gadisnya itu terlihat ragu saat ini.


Mereka tidak bersama dalam waktu yang singkat. Keberadaan masing-masing adalah hal yang terlalu wajar hingga sulit membayangkan bahwa akan timbul perasaan romantis yang terselip di antaranya.


"Tsumu, kau menyukainya ya?" Osamu menunjuk ke arah Rei, yang kemudian langsung menepis telunjuknya.


"Hah?! Mana ada!"


"Lalu apa poinmu mengusulkan sesuatu yang sudah pasti kau ketahui hasilnya?"


"Osamu-kun," Atsumu menepuk bahu adiknya pelan dengan raut meyakinkan. "Kau bisa memprediksi masa depan kah?"


Osamu diam, hanya kedua alisnya saja yang bergerak. Nyaris bertaut dengan kelakuan Atsumu.


"ーbagaimana mungkin kalian bisa menyimpulkan suatu hasil sebelum meneliti permasalahannya. Kalian tidak tahu seberapa cepat pikiran manusia berubah, jadi bukankah ideku ini cukup cemerlang?"


Si pirang itu menatap keduanya yang masih ragu secara bergantian.


"Atau kau takut suka padaku ya?" Kali ini pertanyaannya jelas mengarah pada Rei dengan seringai tipis yang membuat si gadis langsung naik pitam.


"Hah?! Kau mimpi?"


"Kalau begitu ayo kita lakukan!"


"Ayo kita lakukan kalau itu maumu!"


Pada akhirnya keputusan diambil agar keributan tak lanjut berkepanjangan.




TBC

Note:


[1] Toro/otoro: sushi dengan topping tuna premium. Favoritnya Tsumu.



Comments