Natsu Yasumi no Jiyuu Kenkyuu|♯5. Holding Hands



Natsu Yasumi no Jiyuu Kenkyuu

1週間目: 手を繋ぐ





24 Juli


Hal tidak menyenangkan pertama yang terjadi semenjak riset dimulai adalah, tatapan aneh dari para anggota klub bola voli putra saat melihat Osamu datang ke gimnasium sambil menggandeng tangan seorang gadis yang selama ini mereka ketahui sebagai teman dari Osamu, juga Atsumu sedari kecil.


"Apa ini?" Kendati pandangan mereka tertuju pada keduanya, yang berani melontarkan pertanyaan hanyalah Suna. Jangkung yang kini sudah mengeluarkan telepon pintarnya untuk menangkap foto, di mana Osamu dan Rei tengah bergandengan.


"Ini beralasan," cetus Osamu sebelum yang lain turut bertanya.


Sekitar dua meter dari belakang mereka, Atsumu datang kemudian merangkul bahu keduanya sambil berkata enteng. "Mereka pacaran."


Lalu reaksi refleks yang keluar dari bibi Suna hanyalah, "Hah?"


Rei merengut, meninju bahu Atsumu keras-keras. Sebelumnya mereka sepakat tidak akan menceritakan apa pun pada yang lain. Namun lihatlah!


Atsumu mengusulkan untuk mengantar merekaーmaksudnya Osamuー ke gimnasium siang itu. Karena menurutnya, saling mengantar adalah hal wajar yang akan dilakukan oleh pasangan.


Dengan bergandengan tangan, tentunya. Karena itu adalah salah satu peraturan yang mereka setujui setelah perdebatan panjang beberapa hari lalu.


"Ya, kau lihat?" Tak ingin memperpanjang, Osamu mengangkat tangan mereka yang masih saling bertaut. "Kami pacaran."


"Demi apa?" Gin yang datang dari ruang klub nampak terkejut.


Atsumu yang terganggu dengan anggota klub yang mulai berdatangan pun mengusir mereka. Dia sudah memakai baju latihannya dari rumah hingga ia hanya masuk ruang klub untuk meletakkan tas. Begitu pula Osamu yang kemudian melepaskan gandengan tangannya.


"Jam berapa kalian selesai?" Tanya Rei sebelum pemuda abu-abu itu beranjak.


"Tergantung mood-nya," Osamu menjawab sambil mengangkat dagunya untuk menunjuk ke arah Atsumu yang kini sudah menyentuh bola.


Mengemban posisi kapten bukanlah hal mudah, namun Rei masih heran apa yang membuat tim ini memercayakan posisi itu pada Atsumu. Dia sering menjadi bahan olok-olokan, dan memiliki wibawa yang jauh berbeda dengan Kita Shinsuke, kapten sebelumnya. Hanya saja, Rei pernah mendengar bahwa kalau ada seseorang yang bisa menarik tim untuk menjadi lebih kuat maka Atsumu lah orangnya.


"Kau benar-benar tidak ada kegiatan klub?" Osamu masih menyempatkan diri untuk bertanya.


"Tidak ada sampai retreat minggu depan."


"Ohー"


"Samu cepat masuk ke lapangan!"


Rei hanya mengendikkan bahunya begitu mendengar suara itu menggema mengarungi penjuru gimnasium. Gadis itu tersenyum sebelum berkata, "Semangat!"





Dua hari menjelang retreat. Sesuai agenda yang telah dicanangkan sebelumnya, mereka akan pergi ke pantai.


Ya, pantai. Tempat yang dirindukan Atsumu sepanjang musim panas setiap tahunnya. Tahun lalu mereka membatalkan rencana bermain ke pantai karena jadwal klub yang sama-sama padat. Namun khusus tahun ini, mereka tidak akan membiarkan kesempatan itu terlewat.


Tahun terakhir di SMA selalu akan menyimpan memoar tersendiri. Karena itu sebisa mungkin mereka akan menghabiskan waktu bersama lebih dari yang telah mereka lewatkan tahun lalu.


Tahun depan Atsumu pasti akn bergabung di sebuah klub besar hingga dia mungkin tak akan lagi memiliki waktu yang cukup. Osamu, dia bilang masih menimbang. Tapi bisa jadi dia pun akan keluar Hyogo untuk merancang masa depan. Sedangkan Rei, dia berniat melanjutkan studi di sebuah sekolah vokasi yang ada di dalam prefektur.


Hanya dengan memikirkan bahwa kebersamaan mereka akan berakhir cukup membuat gadis itu tenggelam dalam melankolisme yang cukup panjang. Dia tidak akan sadar bahwa kereta yang membawa mereka menuju Suma Seaside Park sudah hampir tiba kalau suara punggawa kereta yang terdengar dari speaker pengumuman tak mengagetkannya.


Osamu duduk tertidur di sebelahnya, dengan jari-jari yang masih bertaut dengannya. Sementara Atsumu pun sama, tertidur dengan mengistirahatkan kepalanya pada saudara kembarnya itu.


Beberapa orang yang sempat berpaling ke arah mereka cukup heran melihat ketiganya duduk berjajar di kereta. Seolah pasangan yang pergi bersama satu dari saudara mereka itu bukanlah suatu hal yang lazim.


Rei tak begitu memedulikan hal itu, namun berbeda dengan Atsumu yang tiba-tiba terbangun saat sekelompok gadis dengan destinasi sama sekali dua kali tertawa ke arah mereka. Osamu masih terlelap saat tiba-tiba si kepala kuning menatap sinis ke arah kelompok itu dan berkata dengan desibel cukup rendah namun sudah pasti bisa mereka dengar, "Babi-babi berisik!"


"Atsumu!" Rei membelalak, mencoba mengingatkan kalau ini ruang umum.


"Miya." Dia menyahut ketus.


"Maksudku, Miya-kun."


Entah ucapan Atsumu sebelumnya, atau ketegangan yang terjadi di antara keduanya yang menyebabkan kelompok gadis itu mulai diam dan memilih untuk fokus ke arah lain. Yang jelas Rei merasa tidak nyaman dengan atmosfer yang menyelimuti sementara Osamu masih terlelap berada di antara mereka berdua.


Kereta tiba di stasiun Suma sekitar sepuluh menit kemudian, dengan Atsumu yang masih memasang raut kesal dan Osamu yang sudah bangun namun masih belum mengumpulkan kesadarannya dengan sempurna.


"Kenapa dia?" Osamu bertanya saat mereka melewati pintu keluar stasiun. Obyek pertanyaannya mengarah pada si kuning yang masih belum juga membenahi suasana hatinya.


Rei menceritakan urutan kejadian di kereta yang membuat saudara kembarnya itu merajuk.


"Ah, itu sebabnya ...." Osamu memangut sebelum mereka mempercepat langkah dan mengejar Atsumu yang berada beberapa meter di depan mereka. "Na, Tsumu. Kalau hanya berakhir merajuk begitu. Kenapa kau tidak membiarkan kami melepas gandengan ini?"


Atsumu menoleh, masih dengan raut tidak menyenangkan. "Berisik."


"Hah?! Siapa yang kau bilang berisik?"


Rei percaya pada intuisinya yang menyatakan kalau dia tidak segera bergerak maka akan terjadi pertengkaran lagi di sini.


"Kalian diam, atau aku pulang?" Katanya, berusaha melerai.


Keduanya mendadak terdiam cukup lama. Sampai Atsumu minta maaf. Karena emosinya yang mudah terpancing. Tapi yang terakhir dia katakan setelah itu tidak berubah, "Jangan lepaskan tangan kalian!"





Hari: 29 Juli


Tempat: Suma Seaside Park


Cuaca: Cerah dan panas (apa lagi yang bisa diharapkan dari musim panas?)


Setelah tahun lalu melewatkan musim panas dengan penuh kebosanan (minus kenyataan bahwa tim voli kami masuk sebagai finalis di Interhigh), akhirnya tahun ini kami ke Suma Seaside Park.


Menyenangkan. Meskipun di perjalanan sekelompok babi betina nyaris membuat mood-ku buruk.


Penelitian berlangsung lancar. Hari ini tak semenit pun mereka melepas gandengan tangan, kecuali untuk ke kamar kecil. Sebuah progres yang bagus untuk proyek ini. Aku yakin kami akan mendapat nilai sempurna.






Derit suara rel beradu dengan logam kereta kembali terdengar ketika Atsumu selesai membaca satu bagian dari laporan yang ia tulis sepuluh tahun yang lalu.


Pada detik itu, dia ingin sekali terbang ke masa lalu untuk mengingatkan dirinya di umur tujuh belas tahun. Bahwa yang dia lakukan saat itu hanya menyisakan sesal pada dirinya sekarang.




TBC


Comments