Exchanged Promise|♯2. History Club

歴史同好会



****


Pemuda itu masih menatap benda serupa jam poket dengan berbagai aksara kuno tertulis di dalamnya. Bagi orang sekitar yang duduk tidak jauh dari sang pemuda pasti berpikir bahwa itu hanyalah jam poket yang nampak cukup antik, tapi bagi sang pemuda itu sendiri, benda ini adalah barang penting yang menghubungkan dimensi di mana ia berada sekarang dengan dimensi dimana ia seharusnya berada.


"Hasebe-kun!"


Pemuda yang semula menunduk itu mengangkat wajahnya begitu mendengar namanya dipanggil. Dia melihat sekelompok muda-mudi yang menarik koper masing-masing sambil menelusuri celah sempit antara penumpang yang sudah mulai berbaris menunggu kereta di peron.


Seorang gadis dengan rambut pirang madu lebih dulu mendekat ke arahnya dan membuat Hasebe terpaksa berdiri sejenak untuk menyapa si gadis beserta rombongannya. 


"Ini Hasebe-kun yang aku ceritakan kemarin. Dia anggota baru di circle ini, dan aku belum sempat mengenalkannya pada kalian." Gadis itu memulai.


"Yoroshiku onegaishimasu!" Hasebe sedikit membungkuk.


Satu per satu mereka mulai mengenalkan diri. Dan kalau boleh jujur, tidak ada satu nama pun yang sempat berhenti dan dicerna otaknya untuk diingat, sampai kemudian seorang gadis yang semula berada di ujung barisan itu berjalan ke depan untuk memperkenalkan diri.


"Arimura Yua. Salam kenal." Desibel suara gadis itu cukup rendah hingga Hasebe harus benar-benar memastikan nama yang dia dengar selama beberapa kali, lalu menatap wajah gadis itu dalam waktu yang cukup lama.


Benar. Itu dia.


Hasebe hafal bagaimana gestur pada saat gadis itu berhadapan dengan orang lain. Gadis itu hanya menatapnya sejenak saat menyebutkan nama tadi, lalu detik berikutnya dia mencari objek lain untuk menutupi rasa canggungnya. Kalau pemuda itu tidak segera menguasai dirinya, mungkin dia akan segera menekuk kakinya untuk memberi hormat. Sama seperti yang selalu dia lakukan selama ini. 


Namun jika Hasebe melakukannya sekarang, mungkin bukan hanya gadis bakal tuannya itu saja yang akan tertegun melainkan juga seluruh orang yang mengenal mereka di sana.


Yang membuat Hasebe sedikit heran adalah, kenapa sang tuan mengikuti kegiatan dengan peserta sebanyak ini? 


Gadis itu tidak pernah bercerita kalau dia pernah masuk klub tertentu sebelumnya. Karena itu pula lah Hasebe sedikit terkejut sekaligus terharu saat ia mengetahui kalau Arimura Yua, satu-satunya gadis yang sangat ia kenal -walaupun sekarang dia harus pura-pura tidak tahu tentangnya-di dimensi ini adalah anggota Rekishi Doukoukai; klub dari penyuka sejarah.


Nama circle itu tertera pada kop blangko pendaftaran yang Hasebe dapat dari salah satu anggota beberapa hari lalu, sehari setelah dia memutuskan untuk mendatangi masa dimana tuannya sekarang belum menjadi seorang saniwa.


Ada nama dan kontak pesan gadis itu dalam selebaran yang dibagikan padanya, yang kemudian membuat Hasebe meminta blangko pendaftaran klub saat itu juga.


"A-aku sekretaris di klub ini. Kalau ada sesuatu yang bisa kubantu, katakan saja!"


Hasebe yang semula terhenyak segera melempar senyum seperti yang biasa ia berikan pada tuannya. "Terima kasih."


Beberapa puluh detik setelah dia mengucapkan terima kasih, orang-orang mulai bergerak menuju tempat terdekat yang mereka yakini sebagai tempat dimana pintu kereta akan berhenti saat datang nanti.




Rombongan turun di stasiun terakhir yang berada di daerah Nakano. Menurut berita acara yang ada, mereka akan membangun kamp kecil-kecilan di tempat perkemahan yang ada di daerah ini, lalu melakukan hal-hal menarik untuk melepas stres selama setahun mengikuti perkuliahan.


Entah apa yang harus Hasebe lakukan mengingat dia tidak tahu bagaimana penatnya kehidupan seorang mahasiswa di kota sebesar Tokyo. Dan terlebih lagi, dia tidak tahu hal menarik seperti apa yang bisa menarik hati manusia mengingat Hasebe bukan makhluk sejenis mereka.


Untuk mengimbangi pembicaraan mereka saja Hasebe harus bersusah payah agar tidak terdengar mencurigakan. Tapi, alih-alih curiga, rekan-rekan di klub itu justru menertawakannya. Mengira Hasebe tengah melucu. Seperti ketika salah seorang dari mereka tengah berkeluh kesah mengenai Tokyo yang kian padat tahun demi tahun.


"Benar sekali, aku tidak mengira Edo akan menjadi medan magnet dengan daya tarik kuat seperti sekarang." Hasebe menimpal.


Bukan sesekali sang tuan mengirimnya ke era Edo untuk menyelesaikan misi. Karena itu pulalah Hasebe cukup mengerti tata letak kota ini sebelumnya. Lalu ketika dia menyadari bahwa kota bernama Tokyo yang kerap kali sesak dengan lautan manusia ini tidak lain adalah Edo bertahun-tahun kemudian, Hasebe terkejut bukan main. Hampir sama terkejutnya seperti saat ia mengetahui tuannya masuk klub berisi banyak orang seperti ini.


"Hasebe, kau lucu sekali!" Salah satu kawan laki-laki yang duduk di sampingnya menepuk bahu Hasebe. "Aku makin yakin kalau kau juga maniak sejarah!"


Hampir semua orang yang mengelilingi tungku barbekyu tertawa. Termasuk bakal tuannya yang menggerombol bersama teman-teman wanitanya. Tatapan mereka beberapa detik bertemu saat sang gadis tak sengaja menoleh ke arahnya. Dan tidak menunggu detik berikutnya datang, gadis itu segera menoleh ke arah lain.


"Aku ke kamar kecil sebentar! Ada yang mau ikut?" Tanya gadis itu kemudian, yang sayup-sayup terdengar oleh telinga Hasebe.


"Itterasshaiii!" jawab yang lain, mengisyaratkan kalau mereka tidak sedang terpaksa untuk berlari ke kamar kecil.


"Yua, hati-hati!"


Hasebe menoleh, melihat teman yang beberapa menit lalu menepuk bahunya memanggil si gadis yang sudah berjalan beberapa langkah. 


Bakal tuannya itu tidak menyahut, dia hanya mengangguk disusul dengan sorakan beberapa temannya yang membuat rona merah muda yang tidak begitu terlihat karena gelapnya malam muncul pada kedua pipi gadis itu.


Hasebe mengernyit singkat, sebelum akhirnya dia kembali bercampur dengan obrolan orang-orang di sana.




Sekitar dua puluh menit berlalu sejak Arimura Yua meninggalkan tempat barbekyu untuk pergi ke kamar kecil. Kemungkinan besar dia masih berada di kamar kecil yang dia tuju tadi, atau kembali ke tenda. Atau satu lagi, sesuatu terjadi kepadanya.


Tentu saja, sebagai orang yang selalu mengurusnya selama beberapa tahun belakangan, Hasebe tidak bisa untuk tidak merasa khawatir.


"Sepertinya aku harus ke kamar kecil." Kata Hasebe.


"Sekarang?" Ryota, pemuda yang kini sudah ia hafal namanya-karena sepertinya dia memiliki hubungan spesial dengan bakal tuannya- itu bertanya, sedikit kecewa. "Padahal obrolan kita sedang dalam titik klimaks."


"Kita bisa teruskan lagi nanti."


Hasebe segera berlalu, mencari jalan menuju toilet yang memungkinkannya menemukan gadis itu. Hanya ada beberapa lampu yang terpasang untuk menerangi jalan bertambal paving block itu. Lalu papan bertulis 'toilet' beserta penunjuk arahnya segera terlihat bahkan tanpa memakan waktu semenit sejak Hasebe meninggalkan tempat barbekyu.


Dia tidak merasakan hawa seseorang di sana. Yang kemungkinan berarti gadis itu telah kembali. Tetapi, Hasebe merasakan sesuatu yang familiar. Bukan hanya sekali dua kali ia merasakan hawa yang sama sejak dia termanifestasi dan memiliki tubuh manusia.


Selama beberapa waktu Hasebe mengedarkan pandangannya ke sekitar yang tenang, dan sebagian sisinya tampak lebih gelap dengan pohon-pohon lebat. 


"Aneh," Hasebe menggumam.


Dia berniat kembali ke tempat barbekyu dan mengecek lagi apakah yang ia cari benar-benar sudah kembali. Tapi niat itu terurung ketika dia mendengar bunyi berisik yang datang dari semak-semak yang membatasi wilayah perkemahan dengan hutan.


Hasebe berlari menuju sumber suara. Semak yang semula gelap dengan bayangan pohon itu semakin menampakkan kilau cahaya yang sangat Hasebe kenal ketika ia mulai mendekatinya.


"Jikan soukogun?!" 


Kedua manik pemuda itu membelalak ketika ia melihat sosok-sosok penjelajah waktu dengan jumlah tidak lebih dari lima itu mengelilingi sosok bakal tuannya yang kini telah kehilangan kesadaran.


"Aruji!" Hasebe nyaris berteriak. Tangannya terulur dengan pendar emas yang selama beberapa detik berubah menjadi pedang yang biasa ia gunakan. 


Dia segera melompat melewati semak dan menebas salah satu makhluk berbahaya yang sebelumnya berdiri menghunus pedang, bersiap menebas gadis yang tetap tidak bergerak itu.


Kenapa penjelajah waktu ada di sini?


Harusnya radar yang ada di citadel bisa menangkap keberadaan mereka. Tapi kenapa?

Kenapa tidak ada tim yang datang untuk menumpas mereka?


Hasebe berhenti berpikir dan mulai menyusun strategi untuk mengalahkan beberapa sosok lagi yang kini mulai menyerangnya.



Comments