Exchanged Promise|♯5. Betrayal
裏切り
***
Malam itu Hasebe sengaja meminjam sejilid buku sebagai modalnya untuk berkunjung kembali ke apartemen bakal sang tuan. Yua bilang dia boleh mengembalikannya kapanpun. Tapi bagi Hasebe yang berjanji pada gadis itu, pun pada dirinya sendiri bahwa dia akan melindunginya, dia butuh lebih banyak waktu lagi untuk bisa terus berada di dekatnya. Karena itu, dia berpikir untuk meminjam dan mengembalikan buku setiap harinya.
"Kau sudah selesai membacanya?" Yua membelalak saat di tengah jam istirahat pada kuliahnya, Hasebe datang membawa buku itu.
Hasebe menjawab setelah dia berdehem tidak nyaman. "Maa, begitulah."
Yua menatapnya curiga. Dan tentu saja, tidak percaya. Butuh beberapa minggu baginya untuk menyelesaikan buku ini demi menguras informasi sejarah di masa lampau. Semua orang pun tahu kalau Kojiki|1| punya jumlah lembar yang fantastis. Meskipun Kojiki yang ia pinjamkan pada Hasebe adalah versinya dalam Bahasa Jepang Modern yang telah dipadatkan hingga lebih ringkas, mustahil baginya untuk membaca buku itu dalam waktu semalam.
"Jadi boleh aku meminjam bukumu lagi?" Tanya si pemuda sambil sedikit menggeser letak nampan makan siangnya.
Kafetaria kampus cukup ramai mengingat itu hal yang wajar terjadi di saat waktu makan siang tiba. Tapi dia tidak melihat Yua bersama orang lain, selain kotak bentonya yang tidak bisa ia hitung sebagai seseorang.
"Um, tentu saja. Kapan?" Tanyanya, kemudian ia mengingat sesuatu sebelum Hasebe menjawab pertanyaannya. "Untuk hari ini tidak bisa, maaf."
"Kalau begitu kapan kau bisa?"
"Mungkin besok, atau lusa. Aku akan memastikannya lagi nanti…." Hasebe tahu kalau gadis itu belum selesai dengan kalimatnya, dan dia berhenti karena benda persegi panjang dengan ketebalan kurang dari satu sentimeter bernama ponsel itu bergetar di samping kotak bento-nya. "Maaf, tunggu sebentar!"
Yua mengangkat panggilan telepon yang masuk. Tidak banyak yang ia katakan kecuali, "Baik, aku mengerti", setelah itu ia mematikan layar ponselnya.
"Aku baru saja mendapatkan pembatalan mendadak, yang berarti kau bisa ke tempatku hari ini. Kalau kau mau," ucapnya kemudian.
Rautnya nampak tak senang, dan Hasebe tahu kalau gadis itu mencoba tersenyum padanya untuk menutupi.
"Siapa?" Hasebe mencoba bertanya meskipun dia tahu, kecil kemungkinan kalau gadis itu akan menjawabnya.
"Siapa menurutmu? Aku tidak punya banyak kenalan yang akan menghubungiku setiap waktu kecuali Minegishi-kun dan Shiori-chan."
Minegishi adalah nama keluarga dari salah satu teman mereka di circle, sekaligus orang yang dicurigai Hasebe sebagai kekasih dari gadis ini. Sedangkan Shiori adalah sahabat bakal tuannya yang pertama kali menyapa pemuda itu di peron waktu lalu.
"Padahal dia berjanji untuk mencarikan buku yang pernah dia rekomendasikan," Yua kembali menampakkan kekecewaannya. "Tapi sudahlah. Aku bisa ngobrol denganmu hari ini, dan itu sudah cukup menyenangkan."
Entah, pihak mana yang membatalkan janji. Siapa pun dia, pasti ada alasannya. Hanya saja Hasebe tidak suka melihat gadis di depannya ini kecewa.
"Hari ini kau ingin pinjam buku apa?"
"Ah, karena aku sudah membaca buku sejarah semalam mungkin karya sastra akan menyenangkan." Hasebe menjawab dengan fasih.
"Bagus! Ada banyak karya yang ingin aku rekomendasikan. Kau sudah baca punya siapa saja?"
Baiklah. Hasebe tidak pernah terpikir nama para sastrawan yang harus dia sebutkan sekarang. Pengetahuannya hanya sebatas judul yang sering dia temukan berjajar di atas rak buku sang tuan.
"Aku tidak ingat punya siapa saja, yang kuingat hanya Hashire Merosu|2| dan Kusamakura|3|."
Yua mengernyit. Sebagian besar orang pasti tahu kedua karya klasik yang tentunya masuk dalam pelajaran literatur sekolah.
"Ah, kau pasti tidak terlalu suka sastra."
Hasebe tertohok.
"Mungkin aku akan merekomendasikan Natsume Soseki dan Dazai Osamu lebih dulu dibanding yang lainnya mengingat sepertinya kau baru mengenal keduanya. Ah, tapi aku juga ingin kau membaca Mori Ogai. Bagaimana ini? Aku kebingungan."
Hasebe terkekeh sebelum berkata, "Aku akan membaca semua yang kau rekomendasikan."
Walaupun tidak bisa sekarang. Tapi saat ia kembali nanti, Hasebe pasti akan membacanya.
***
Bagi pemuda itu, memandang seluruh penjuru kota dalam perjalanannya adalah salah satu caranya untuk lebih mengenal dunia yang familiar dengan sang tuan.
Satu jam yang lalu dia keluar dari pintu apartemen gadis itu. Dan alih-alih kembali ke kamar apartemennya sendiri, Hasebe memilih untuk melenggang sejenak menuju konbini terdekat, membeli beberapa botol air mineral. Buku yang dipinjamnya dia masukan ke dalam saku kemeja yang ia kenakan, yang kebetulan punya kantung cukup besar.
Kehidupan di sini begitu praktis. Hasebe bisa makan kapanpun ketika ia lapar tanpa harus membangunkan Mitsutada, atau memasak makanannya sendiri di tengah malam. Lalu, banyak sekali hal yang belum pernah ia lihat di periode manapun ketika ia diharuskan untuk bertualang menembus waktu, ia temukan di sini. Pantas saja tuannya sering membawa barang aneh yang kadang sangatlah berguna ke citadel. Ternyata penyebabnya tak lain karena masanya penuh dengan benda semacam itu.
Hasebe membuka lembar pertama pada buku yang dia pinjam sambil membuka penutup ramen instan yang sepertinya sudah masak. Kepulan uap meninju wajahnya dengan aroma sedap yang cukup asing.
Pemuda itu sudah mulai menyeruput sumpit demi sumpit ramen instan dari gelas styrofoam ketika kemudian dia mendengar dua suara familiar yang terdengar dari bagian kasir. Hasebe pun menoleh.
Ryota, dan Shiori. Mereka tampak bersamaan berdiri di depan konter lasir sambil meletakkan beberapa barang yang mereka beli.
Hasebe tidak begitu tahu sebagaimana rumitnya hubungan antarmanusia. Yang jelas ia cukup mengerti bahwa Minegishi Ryota lebih memprioritaskan acaranya hari ini ketimbang pergi bersama bakal tuannya. Entah sepenting apa acaranya itu hingga ia membawa Shiori bersamanya saat ini alih-alih menjemput sang tuan, jika kepentingannya telah selesai.
Hasebe menghela napas, tidak berniat menelusup lebih dalam lagi. Kemungkinan ia hanya salah paham. Atau dia benar-benar tidak mengerti seperti apa sebenarnya hubungan mereka.
Pemuda itu kembali menikmati ramen-nya sambil sesekali menatap keluar menembus dinding kaca, mengembara ke langit malam yang terbentang di atas tingginya bangunan di era ini.
Saat ia datang tadi langit masih cerah bersama ratu malam yang menepis kerlip bintang di sekitarnya. Namun sekarang, awan-awan hitam mulai datang menghalang terbawa angin yang terasa sedikit aneh dibanding malam-malam biasanya. Hasebe mencium sesuatu yang tidak beres.
Dia harus pulang. Mungkin sebentar lagi hujan badai akan datang. Apa pun itu, perasaannya tidak enak. Dengan cepat ia meneguk sisa sup dari ramen instannya, lalu memeriksa apakah dua orang yang dikenalnya itu sudah pergi. Dan masih ada.
Hasebe tidak ingin menyapa mereka. Entah apa pun alasannya.
Dia kembali menatap keluar. Saat itu fokusnya langsung menangkap sosok gadis yang ia kenal, sepertinya dia tengah berjalan arah ke tempat ini. Lalu selanjutnya, dia melihat bias lingkaran cahaya merah yang serta-merta muncul dari celah awan nun jauh di sana.
Hasebe harus keluar dari sini, sekarang juga.
Dia tidak sempat menoleh saat kedua orang yang juga tengah berjalan menuju pintu keluar itu menyapanya. Hasebe berlari sekuat tenaga hingga ia mencapai tempat di mana gadis itu diam membaca apa yang sedang terjadi di sekitarnya, sampai pemuda itu menyambar pergelangan tangannya dan menariknya berlari.
Dari langit di atas barisan gedung perkantoran muncul lagi berkas cahaya yang tentu saja sangat Hasebe kenal. Mereka sudah datang. Pertama-tama dia harus membawa bakal tuannya ini kembali ke apartemen kemudian ikut bertempur bersama mereka.
"Aku harus segera pergi, bersembunyilah di kamar apartemenku saja. Apa kau keberatan?" Hasebe berkata.
Yua, gadis itu memiringkan kepalanya, "Apa makhluk-makhluk itu datang lagi?"
"Sepertinya…."
Helaan napas keluar dari gadis itu. Awalnya ia berpikir bahwa Hasebe membawanya pergi karena pemuda itu tidak ingin ia melihat dua orang yg dikenalnya tengah berdua setelah membatalkan janji dengannya.
Hasebe memutar kenop pintu setelah membuka kuncinya. Tidak ada banyak furnitur di kamar itu, hanya ada dapur yang nampak kosong terlihat dari ruang tamu, lalu sofa panjang beserta lemari kabinet kecil yang terletak di sampingnya. Pemuda itu sengaja tak membeli barang yang ia rasa tak perlu mengingat dia tidak akan selamanya tinggal di sini.
"Sepertinya kau benar-benar baru pindah," Yua berkomentar begitu melihat keadaan kamar si pemuda.
"Kamarku di sana, kalau saja kau merasa tidak nyaman tidur di atas sofa." Hasebe menunjuk pintu kamar di sebelah kiri yang masih tertutup.
Yua tidak datang untuk menginap, Hasebe pun tahu akan hal itu. Tapi menyembunyikan gadis itu di kamarnya terasa lebih aman dibanding membiarkannya tinggal di apartemennya sendiri. Kalau para pengacau waktu itu menjadikannya target, bukan tidak mungkin mereka juga tahu di mana biasanya Yua berada.
"Hasebe-sama!"
Pemuda itu terkejut ketika seekor rubah tiba-tiba memanggil sambil datang meloncat ke arahnya ketika ia sempurna membuka pintu kamar.
Konnosuke?!
Kenapa rubah ini berada di kamarnya?! Akan jadi masalah kalau bakal tuannya tahu akan hal ini.
"Hasebe-kun, apakah ada orang lain di sini?" Yua yang sayup mendengar nama Hasebe dipanggil pun bertanya dari ruang tamu.
"Tidak ada!" Hasebe menyahut cepat dan tatapannya segera melotot tajam ke arah makhluk kecil yang kini berdiri di depan kakinya. Hasebe menurunkan desibel suaranya serendah mungkin."Konnosuke, apa yang kau lakukan di sini?"
"Apakah itu suara Aruji?"
"Ya, dan cepat selesaikan urusanmu sebelum dia tahu keberadaanmu di sini!"
Baiklah, sepertinya Konnosuke mengerti sedarurat apa situasi kali ini. Dia segera mengeluarkan layar holografik beserta data-datanya. Terlihat Kashuu Kiyomitsu, juga beberapa pemuda pedang lain sudah mulai bertarung di luar sana.
"Jikan Soukogun tidak akan bisa membuka portal waktu ke era yang sama lebih dari sekali," Konnosuke mulai merinci informasi. "Kecuali... ."
"Kecuali?" Si pemuda mengangkat sebelah alisnya.
"Kecuali ada satu di antara mereka yang tinggal di era tersebut dan dia membukakan portal waktu agar mereka bisa kembali lagi."
Dengan kata lain, ada satu atau beberapa dari mereka yang bersembunyi di sini setelah pertempuran waktu itu.
"Aku sudah menyampaikan informasi ini pada Kashuu dan kawan-kawan. Sementara ini tidak ada yang memberitahui Aruji akan keberadaan Jikan Soukougun di masanya."
"Terima kasih. Aku akan berupaya sebisaku untuk bisa menemukan mereka yang sengaja tinggal di masa ini."
Setelah selesai dengan informasinya Konnosuke kembali dengan menggunakan jam waktu miliknya. Hasebe tidak punya banyak waktu, ia segera pergi setelah berkata bahwa Yua bisa menganggap tempat ini seperti rumahnya sendiri.
Seperti rumahnya sendiri...
Yua merasa janggal akan hal itu. Hasebe adalah pemuda pertama yang dia bawa masuk ke kamar apartemennya, juga pemuda pertama yang ia masuki apartemennya. Mereka saling mengenal tak lebih dari sebulan. Tapi Yua merasa pemuda itu bahkan lebih dekat dibanding orang-orang yang ia rasa dekat.
Entah. Apakah Hasebe juga akan mengkhianatinya seperti kedua orang itu nantinya?
***
Note:
Kojiki: Semacam kitab sejarah Jepang
Hashire Merosu: Cerpen karya Dazai Osamu
Kusamakura: Novel karya Natsume Souseki
Comments
Post a Comment