Exchanged Promise|♯6. I'm Used to It

慣れてるから



***



Langit kelam, kilat tak biasa, juga gelegar petir yang lebih mencekam.


Prediksi cuaca hari ini meleset begitu jauh, begitu kata setiap orang yang bertukar kata di sekitar tempat itu.


Namun mereka tidak sadar kalau ada sesuatu yang tidak mereka ketahui tengah terjadi di dimensi mereka ini.


Jiku no hizumi, distorsi waktu berbentuk cincin emas itu beberapa kali muncul dengan bias cahaya terang, kontras dengan pekatnya langit yang penuh dengan awan hitam.


Percikan api yang timbul karena gesekan logam yang cukup kentara mengantar Hasebe untuk datang ke sana, bergabung bersama rekan pedangnya yang lain. Formasi tempur pun tak begitu berbeda dari waktu terakhir mereka datang ke era ini kecuali posisi kapten tim yang berada berada di tangan Mikazuki Munechika.


Terakhir Hasebe meninggalkan citadel, posisi kinji masih berada di tangan pria yang mengaku dirinya sebagai "kakek-kakek" itu. Namun entah sekarang, setelah beberapa waktunya di sini terlewat. Hasebe belum mengirimkan surat pertamanya ke citadel. Entah karena memang belum siap menyatakan banyak hal kepada tuannya, atau karena sosok tuannya di masa ini pun cukup menyita perhatian dan waktunya.


"Menurut data yang Konnosuke berikan, ada sekitar saratus bilah yang datang saat ini. Dan bisa jadi jumlahnya akan bertambah." Mikazuki berkata setelah ia selesai menebas satu musuh yang kemudian berpendar menghilang bersama angin.


"Hah? Kita hanya bertujuh dan harus menghabisi seratus sekaligus?"


"Kita bisa meminta tim tambahan untuk membantu, tapi apakah kau yakin ingin melakukannya?" Pria biru itu bertanya. "Bukan tidak mungkin Aruji akan tahu tentang keberadaanmu di sini."


Hasebe mendecih. Namun kemudian dia mulai sibuk mengayunkan bilahnya untuk menebas dan menyerang musuh. Bagaimanapun juga mereka harus menghabisi semua pengacau waktu yang datang ke era dan waktu ini lalu menutup akses bagi mereka untuk kembali. Dengan begitu dia, juga yang lain tidak perlu khawatir sampai masa saniwa berhasil memanggil mereka.


***


Satu, dua jam telah berlalu sejak Hasebe keluar meninggalkan apartemennya. Yua merasa tak nyaman harus berdiam diri di tempat yang asing.


Ya, setidaknya tempat ia berada kini bukankah kamar apartemennya sendiri yang biasa ia gunakan untuk berguling sesuka hati. Terlebih, perasaannya mulai was-was ketika Hasebe pun tak kunjung pulang. Sesuatu mungkin terjadi padanya.


Kalau memang dirinya yang diincar oleh pasukan menakutkan itu, berarti semua ini salah Yua. Ia berkewajiban untuk tidak melibatkan siapapun termasuk Hasebe meskipun pemuda itu yang bersedia untuk menjadi volunteer demi melindunginya. Tapi Yua tak tahu motif di balik perlakuan Hasebe padanya itu apa.


Kalaupun pemuda itu melakukannya dengan alasan bahwa dia adalah temannya, Yua bahkan memiliki teman yang jauh lebih lama ia kenal dibanding Hasebe. Dan Yua memilih untuk tak memberitahukan masalahnya kepada mereka. Karena tak satu pun yang akan percaya. Hanya Hasebe yang mempercayainya, dan bahkan membiarkan Yua bergantung kepadanya. Namun itu lantas membuat gadis itu membenarkan hal yang tidak perlu Hasebe lakukan untuknya.


Dan Yua semakin yakin kalau Hasebe bukanlah orang yang pantas ia libatkan. Hasebe terlalu baik untuk ukuran orang yang baru saja ia kenal.


Yua bangkit, berlari meraih kenop pintu. 


Dia akan datang untuk makhluk-makhluk setengah astral itu. Dengan begitu, Hasebe tak perlu lagi bersusah payah untuknya. Toh dunia ini tetap akan berputar sesuai pada porosnya walaupun dia mati.


Yua hendak berlari menyusuri tangga apartemen kalau saja dia tidak bertemu sosok yang ia kenal di dekat pintu kamar apartemen Hasebe.


"Shiori-chan?"


Shiori menghambur ke arahnya dengan wajah cemas. "Aku mencari hingga ke apartemenmu. Kenapa kau ada di sini? Apakah aku mengenal pemilik apartemen ini?"


"Ini kamar apartemen milik Hasebe-kun."


***


Langkah Hasebe memburu. Dia meninggalkan keenam rekannya menghabisi sisa musuh yang baru tiga per empatnya mereka kalahkan. Haluannya segera beralih setelah Konnosuke datang memberi kabar yang saat ini tidak ingin ia dengar. Yang kemudian memaksanya untuk meninggalkan medan.


"ーsial!" Umpat pemuda itu sementara kakinya dengan tangkas melompat dari atap ke atap gedung yang lain. Mencari jalan pintas agar ia cepat sampai tujuan.


Seperti yang ia tahu, pengacau waktu tak pernah langsung mengubah sejarah lewat tangannya sendiri. Tapi dia meminjam tangan manusia, untuk membolak-balikan arus sejarah. Dan dia tak menyangka, mereka pun tengah melakukannya sekarang.


***


Yua tidak lagi ingat bagaimana kronologi hingga dia tersudut di ujung ruangan dengan pisau terhunus tepat lehernya.


Gadis di depannya terisak, dan nampak lemah meskipun dia yang menguasai keadaan sekarang. Yua bisa saja menghalau tangannya dan membalikkan keadaan. Tapi dia tak bermaksud untuk melakukannya.


"Aku sudah tidak memiliki siapapun…." tangis Shiori.


Sama. Yua ingin berkata demikian. Tapi dia tahu bahwa hal itu justru akan membuat gadis itu menjadi dan ia memutuskan untuk tetap diam.


Kepalanya masih penuh dengan banyak informasi yang berusaha ia cerna.


Tentang penjelajah waktu.


Tentang saniwa.


Dan tentang Hasebe yang merupakan salah satu abdinya.


Informasi-informasi itu justru berputar di dalam otaknya tanpa terolah. Hingga dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa setelah ini. Yang ia yakini hanyalah, keberadaannya bisa mengancam nyawa orang lain.


"Yua-chan, maafkan aku ..."


Yua menutup matanya pelan, berusaha menerima apa yang akan terjadi. Pun seandainya dia harus mati sekarang.


Tapi dia segera mendengar pintu didobrak dari luar. Dan dalam waktu sepersekian detik ia membuka mata, ia melihat Hasebe sudah berdiri menghunus bilahnya di leher Shiori hingga gadis itu goyah dan pisau di tangannya terlepas begitu saja.


"Masuklah ke kamar, aku akan bereskan secepat mungkin!" Hasebe memerintah dengan dingin.


"Tidak. Jangan sakiti dia!" Yua menyergah berusaha mencegah Hasebe yang berniat membawa gadis itu keluar.


"Dia berniat membunuhmu!"


"Tapi kau juga tidak berkewajiban untuk membunuhnya!"


"Tapi kewajibanku adalah melindungimu!" Desibel suara Hasebe naik beberapa tingkat, membuat Yua sedikit terguncang menyadari bahwa orang selembut Hasebe pun bisa meledak seperti ini.


Tapi itu tak lantas membuat Yua berhenti memohon. "Kau bilang makhluk-makhluk itu mengincarku 'kan? Semua akan berakhir kalau aku berada di tangan mereka. Jadi mari kita selesaikan ini secepat mungkin."


Yua bisa melihat raut marah semakin menjadi pada wajah Hasebe.


"ーkalau dengan nyawaku aku bisa menyelamatkan nyawa yang lain. Bukankah itu lebih baik?"


Gigi pemuda itu gemerutuk menahan amarah. Tangan kiri yang semula menggenggam lengan milik satu lagi gadis yang berada di sana pun sengaja ia lepaskan dengan melemparkannya ke arah sofa.


Yua nampak sedikit was-was kalau saja Shiori terluka karena perlakuan kasar Hasebe. Dan justru tidak peduli dengan apa yang mungkin dilakukan pemuda itu pada dirinya sendiri.


"Kau serius berpikir seperti itu?" Hasebe bertanya, kedua tangannya merengkuh bahu Yua dengan paksa. Kedua maniknya mengkilat, dan gadis itu setidaknya tahu seberapa besar amarah yang berkelebat di sana.


Hasebe memutuskan untuk melindunginya. Yua pun telah memutuskan untuk percaya padanya. Akan tetapi kepastian yang dia ambil kali ini justru bertolak belakang dengan apa yang mereka sepakati sebelumnya.


"Apakah tidak ada bersit curiga sedikitpun dalam benakmu?" Hasebe kembali bertanya. "Kau bisa memberikan banyak hal yang kau punya agar orang lain tidak menderita, tapi apakah nyawamu pun termasuk di dalamnya?"


Yua menunduk. 


Baginya, semua yang berharga di dunia ini tidak akan lagi bisa ia gapai. Kehilangan adalah hal yang terlalu familiar untuknya.


"Aku sudah biasa kehilangan. Tapi aku tidak ingin orang yang berada di dekatku merasakan hal yang sama."


Beberapa waktu lalu, sebelum Hasebe datang, dan sebelum Shiori menyerangnya, gadis itu sempat bercerita.


Cerita yang membuatnya kebingungan dengan mengatakan bahwa dia berasal dari masa dua tahun setelah saat ini. Cerita tentang Yua yang memiliki benih kekuatan yang bisa menggerakkan dunia. Dan cerita tentang kakak Shiori, satu-satunya keluarga yang ia punya, yang meninggal karena kecelakan di masa setelah ini.


Para penjelajah waktu itu menjanjikan nyawa kakaknya apabila dia berhasil membawa Yua kepada mereka. Atau dengan cara yang lebih sederhana, membunuhnya.


"Kenapa kau begitu naif?" Yua merasakan cengkeraman pada kedua bahunya yang kini terasa sakit. 


"Bagian mana yang membuatku naif di matamu?"


"Bagian dimana kau selalu berharap untuk orang lain hingga kau lupa berharap untuk dirimu sendiri."


Yua bergeming mendengar jawaban Hasebe yang seketika membuatnya merasa seolah pemuda ini mengenalnya dengan sangat intim.


"Masuklah ke kamar," sambung pemuda itu kemudian. "Aku berjanji tidak akan terjadi sesuatu padanya."


Mendengar pernyataan itu Yua sedikit lega meskipun informasi yang ia dapat secara bersamaan malam ini cukup membuat benaknya acak dan serabutan. Dia memilih menuruti permintaan pemuda itu dengan mencoba mengindahkan Shiori yang terisak tanpa berani menatap wajahnya.


***


Comments