Exchanged Promise|7. Exchanged Promised

交わした約束



***


Pemuda itu menyenderkan punggungnya pada dinding sambil menghela napas sepanjang mungkin.


Konnosuke telah membereskan semuanya. Termasuk memeriksa apakah semua kejadian di masa ini sesuai dengan kronologinya. Menurut informasi yang baru saja ia dapat pun, tim front line juga telah menebas habis para pengacau waktu yang datang ke masa ini. Dan sebagian dari mereka telah kembali ke citadel.


"Sebagian?" Hasebe mengernyit.


Lalu ia tersadarkan oleh sosok merah yang kini bersandar di pagar pembatas dengan menyilangkan kedua tangannya, bersedekap.


"Kashuu, sejak kapan kau berada di sana?" Tanya Hasebe serta merta.


Bakal tuannya sudah pasti tidak akan mengenali siapa si merah ini. Akan tetapi Hasebe yakin betul kalau lebih baik Yua tidak pernah melihat sosoknya, setidaknya sampai waktu yang tepat dimana mereka bisa berinteraksi dengan normal.


"Aku hanya ingin memastikan kalau kau memperlakukan Aruji dengan baik." Katanya sambil memainkan ujung kuku yang menempel pada jari-jarinya yang panjang.


"Apa maksudmu?"


Kashuu mengehela napas, lalu menjawab. "Maksudku, aku tidak ingin kau mem-bully-nya. Karena aku tahu mulutmu itu bisa sangat pedas tanpa melihat situasi."


Yang berarti, mungkin Kashuu Kiyomitsu mendengar gertakannya pada bakal tuan mereka beberapa waktu yang lalu.


"Kau bilang dia naif, tapi harusnya kau sendiri tahu bahwa itu salah satu bentuk dari kebaikan hatinya."


Benar. Hasebe seharusnya tahu bahwa dia tidak mengenal orang lain yang sebegitu baiknya hingga ia terlihat bodoh.


"Jaga dia baik-baik sampai kau kembali, karena tidak ada yang akan memaafkanmu kalau sampai sesuatu terjadi padanya!"


Di akhir kalimatnya, Kiyomitsu mengeluarkan jam poket dari sakunya. Lalu ia mulai berpendar menjadi ribuan kelopak sakura meninggalkan Hasebe yang kini termangu ditemani oleh Konnosuke.


"Hasebe-sama, seluruh area telah diperiksa. Tidak ada pergerakan aneh yang mengancam aliran waktu. Jiku no hizumi telah tertutup sempurna."


Hasebe hanya mengiyakan tanpa memperhatikan lagi ucapan Konnosuke yang sempat berpamitan padanya.


***


Yua menutup pintu pelan. Lalu mencoba menelaah apa yang baru saja dilihatnya.


Pemuda berkostum merah yang tiba-tiba menghilang bersama kelebat kelopak sakura, lalu hewan aneh yang bentuknya menyerupai rubah namun bisa bicara layaknya manusia.


Dan Hasebe tak terkejut sama sekali berbicara dengan mereka.


***


Mereka memutuskan untuk tidak membicarakannya lagi. Pun Yua yang tak pernah bertanya tentang hal-hal yang terasa ganjil baginya. Terlebih setelah dia melihat dua sosok ajaib yang muncul di depan apartemen Hasebe lalu menghilang dengan cara yang tidak kalah ajaib.


Kalau ia tidak salah tangkap, Hasebe memanggil nama pemuda setengah dewasa itu dengan nama Kashuu.


Yua sengaja membedah seluruh isi internet berharap dia menemukan petunjuk yang bisa membimbingnya mengetahui kebenaran.


Kashuu Kiyomitsu.


Nama itu yang pertama kali muncul di laman pertama pencarian.


Pedang yang digunakan oleh Okita Souji. Patah di saat insiden Ikedaya, era Genji.


Bagaimana dengan Hasebe?


Yua mengetik huruf demi huruf yang membentuk tiga kanji yang membentuk nama Hasebe.


Laman pertama pda hasil pencarian kurang lebih sama, membawa Yua pada satu situs dimana informasi tentang pedang-pedang terkenal banyak tertulis di sana.


Heshikiri Hasebe.


Pedang yang semula dimiliki oleh Oda Nobunaga, yang usut punya usut diberikan kepada Kuroda Yoshitaka melalui Hashiba Hideyoshi.


Akan tetapi, Hasebe yang dikenalnya adalah manusia. Bagaimanapun juga Yua percaya kalau dia adalah manusia.


***


"Kenapa Fukuoka?" Hasebe bertanya sembari memasukan salah satu tangannya ke dalam mantel.


Yua hanya menyerahkan selebaran yang dia dapatkan dari anggota circle beberapa hari lalu. Selebaran tentang pameran di museum kota.


"Ada sesuatu yang menarik minatku," jawab gadis itu sembari menarik lengan Hasebe masuk ke dalam kereta.


Dua bulan berlalu semenjak kedatangan jikan soukougun. Kehidupan nampak berjalan normal, sesuai aliran waktu.


Entah Hasebe saja yang merasakannya, ia jadi lebih sering bersama gadis itu meskipun sebelumnya pun mereka sudah cukup sering bersama. Bahkan sudah menyebar gosip di circle yang mengatakan bahwa mereka adalah sepasang kekasih.


Yua sepertinya tidak peduli akan hal itu. Bahkan rencana liburan ke Fukuoka kali ini pun adalah rencananya.


Menurut informasi yang ia dapat dari internet, Heshikiri Hasebe berada di museum kota Fukuoka. Dan Yua hanya ingin memastikan.


***


Hasebe ragu, apakah dia harus mengikuti langkah kecil bakal tuannya yang nampak sangat antusias membeli tiket di pintu masuk.


Sosoknya yang belum termanifestasi berada di dalam sana. Sekarang dia gamang, apakah dia akan berhasil menjaga rahasia ini sampai waktu yang telah ditentukan.


"Hasebe-kun!" Panggil gadis itu, melambaikan dua lembar tiket di tangannya.


Hasebe tersenyum, meyakinkan dirinya untuk mendekat lalu kembali mengikuti langkah gadis itu masuk menuju ruang pameran.


Aroma nostalgia begitu kuat ketika ia melihat barang-barang yang pernah ada dalam ingatannya sebelum ini. Juga ketika Hasebe melihat zirah dengan dominasi warna hitam milik bekas tuannya, Kuroda Nagamasa.


"Indah sekali," ucap Yua ketika mereka sampai di satu tempat di mana sebuah tombak berada di balik kaca etalase pameran. Di permukaannya terdapat ukiran rumit yang menambah pesonanya.


Hasebe menghela napas, mengingat bahwa manifestasi benda itu mungkin tengah mabuk di halaman belakang citadel bersama Jirotachi dan yang lain.


Lalu, akhirnya mereka sampai di ujung ruangan. Di mana di balik kaca etalase, terdapat sebilah pedang dengan saya yang diletakkan terpisah darinya. Kain satin berwarna gading menutup penyangga yang menopang kedua benda itu, memberi kesan bahwa bilah itu adalah benda berharga yang ternilai harganya.


Heshikiri Hasebe.


"Apakah kau merasakan sesuatu yang familier, Hasebe-kun?" Yua bertanya. Fokusnya masih terpaku pada hamon


Pemuda itu terhenyak ketika fokus mereka bertemu. Ia ragu, apakah ia harus jujur atau membiarkannya berlalu menjadi sebuah pertanyaan tanpa jawaban.


Yua tak tahu apa yang akan ia lakukan seandainya Hasebe menjawab segala pertanyaan yang kini masih membubung dalam benaknya. Hanya saja, ada sedikit firasat yang membuatnya berpikir kalau pemuda ini pun akan menghilang dalam waktu singkat.


"Namaku?" Hasebe menjawab dengan nada bertanya. "Kau pun berpikir bahwa namaku mirip dengan benda ini."


Yua terenyuh melihat pemuda itu menempelkan punggung tangannya pada kaca etalase. Sorot dari kedua netranya membiaskan aura nostalgia yang tak terdeskripsi.


"Konon Oda Nobunaga memberikan benda ini kepada orang yang bahkan bukan bawahannya…." ujar pemuda itu lagi. Sorot nostalgia itu berubah, menyisipkan sedikit amarah di dalamnya. "Menurutmu kenapa?"


Kenapa?


Oda Nobunaga yang keluar di buku sejarah yang pelajari selama ini pun adalah pria yang penuh dengan teka-teki.


"Ah, maafkan aku." Hasebe tersenyum, mencoba menarik kembali pertanyaannya. "Kau pasti tidak tertarik dengan premis yang bersifat subyektif."


Bakal tuannya yang menggeleng itu membuat kedua alis Hasebe nyaris bersatu membersit pertanyaan.


"Aku pun bergelut dengan premis subyektif hingga saat ini." Katanya. "Menyimpulkan bahwa kau adalah bentuk lain dari Heshikiri Hasebe yang entah bagaimana sebabnya datang kepadaku. Kalau kuingat dari awal lagi, kau pun tidak pernah menyebutkan nama kecilmu. Semua orang memanggilmu dengan nama 'Hasebe' hingga aku terus berpikir kalau hanya itulah satu-satunya identitas yang kau punya."


Tentu saja, dia tak pernah menyukai nama Heshikiri yang pria arogan itu berikan padanya. Pun ia tak pernah terpikir untuk mencari nama pengganti agar terdengar lebih manusiawi di masa tuannya ini.


"Hasebe-kun, tidakkah kau ingin memberitahu namamu padaku?"


***


Pemuda itu memalingkan wajahnya, tadi, ketika Yua sengaja bertanya perihal nama kecil yang tak pernah ia sebutkan.


Yua tak begitu ingin mengetahui nama itu begitu intuisinya memberitahu bahwa Hasebe akan segera menghilang ketika ia mengetahui identitas yang sebenarnya. Meskipun, ia pun awas bahwa Hasebe tak akan selamanya berada di sini. Bersamanya.


"Arimura-san," panggil Hasebe ketika mereka menyusuri dinding tambak yang memisahkan laut dan daratan.


Mereka memutuskan untuk menginap di penginapan yang terletak sekitar satu kilometer dari museum, dan kebetulan berada di dekat pesisir pantai. Masih ada beberapa jam hingga waktu check in yang Yua ambil tiba hingga mereka memilih untuk berjalan menyusuri dinding tambak alih-alih mencari spot yang lebih populer.


"ーtentang pertanyaanmu yang tadi," sambung pemuda itu.


Dia menatap bakal tuannya yang berdiri menatap cakrawala, membelakanginya, dengan gugup. Benaknya masih ragu apakah dia perlu meninggalkan jejaknya di sini dan membiarkan aliran sejarah sedikit membenarkan untuknya.


"Uun," gadis itu menoleh, kemudian menggeleng pelan. "Kau tak perlu mengatakannya kalau kau memang tidak ingin."


"Aku berubah pikiran."


Yua masih tersenyum, kali ini terlihat lebih getir tersisa dalam fokus Hasebe yang mencoba mencari sesuatu dalam rautnya.


Kenapa?


Padahal kehilangan adalah sesuatu yang familiar baginya. Tapi Yua merasa tidak siap seandainya saat ini Hasebe harus pergi meninggalkannya.


Meskipun kata 'pergi' tak akan pernah terucap dari bibir pemuda itu, namun Yua selalu mempercayai intuisinya.


Hasebe akan segera pergi. Entah untuk sementara, atau justru untuk selamanya.


"Aku akan mencari tahu...." ujar Hasebe, terpotong. Kemudian ia diam selama beberapa detik. Membuat gadis di depannya memiringkan kepala heran.


"Aku akan mencari tahu alasan Oda Nobunaga memberikan Heshikiri Hasebe kepada seseorang yang bahkan bukan pengikutnya," lanjutnya. "Setelah itu aku akan menjadi lebih kuat."


Yua terkekeh. Samar-samar ia mendengar pemuda itu bergumam "ーuntukmu."


"Aku tidak tahu kuat menurut definisimu itu seperti apa. Tapi aku belum pernah melihat seorang pria menghunus pedang di depanku sebelumnya." Gadis itu masih menyisakan tawanya. Sampai akhirnya terlihat lebih serius, dan menatap Hasebe lurus menembus kedua maniknya dalam-dalam. "Apakah hanya itu yang ingin kau katakan?"


Hasebe mendekat, menghampiri bakal tuannya yang berdiri memunggungi lautan yang berangsur gelap oleh datangnya malam.


Seperti yang dia lakukan sebelum meninggalkan citadel, Hasebe menekuk kaki kanannya hingga ia menyentuh lantai beton tempat mereka berpijak. Kemudian salah satu tangannya meraih punggung tangan gadis itu, mengecupnya pelan. Pemuda itu melihat gurat merah muda pada kedua pipi bakal tuannya.


"Namaku Heshikiri Hasebe. Asalkan itu perintahmu, apapun akan kulakukan." Pemuda itu mendongak seraya mengucapkan kalimatnya. "Tapi bukan sekarang."


"Bukan sekarang?" Yua membiarkan tangannya digenggam erat oleh pemuda itu. "Kapan?"


"Kau akan tahu saat waktu itu tiba."


Hasebe kembali berdiri dengan tangan masih menggenggam milik gadis itu, erat. Dia tidak akan bertemu dengannya selama beberapa waktu, jadi dia pikir tidak masalah untuk sedikit melakukan kontak yang jarang mereka lakukan di citadel.


"Jadi kau benar-benar tsukumogami yang berasal dari pedang itu?"


"Kurang lebih."


"Kalau begitu bisakah kau meramal masa depanku?"


"Bagian mana yang ingin kau ketahui?" Hasebe terkekeh. Genggaman pada tangannya makin erat. Terasa berat untuk ia lepaskan.


"Apakah aku akan tetap sendiri seumur hidupku? Dan apakah kita bisa bertemu lagi?"


Hasebe menatap wajah gadis itu dari samping sementara ia menatap jauh menembus cakrawala seolah takut mendengar seperti apa jawaban yang akan Hasebe berikan.


"Tak apa," jawab pemuda itu. "Kau akan memiliki sebuah keluarga besar yang tak akan pernah tergantikan oleh apapun. Dan tentu saja, aku akan terus berada di sampingmu sampai kau bosan oleh keberadaanku."


Bakal tuannya itu tertawa saat ia membalas tatapan lembut Hasebe yang kini tengah tersenyum ke arahnya.


"Apakah kau bisa berjanji untukku?"


"Ya. Itu janjiku."


"Kalau begitu pergilah!"


Hasebe tersentak ketika gadis itu sengaja melepas genggaman tangannya dengan senyum disertai tetes-tetes yang mulai mengalir dari pelupuk matanya.


"ーcarilah jawaban tentang alasan Oda Nobunaga memberikanmu pada orang lain. Setelah itu, beritahu aku. Aku berjanji aku akan menunggumu hingga saat itu tiba!"


Hasebe menganga, "Aruji…."


Sudah cukup lama panggilan itu tak terlontar dari mulutnya. Hasebe hampir lupa bagaimana gema yang tercipta dari satu kata itu. Dan dia sama sekali tidak menyangka akan memanggilnya bakal tuannya ini demikian, saat ini.


Hasebe mendekat, lagi. Keraguan masih tersisa dalam benaknya, meskipun tak butuh waktu lama sampai akhirnya kedua lengannya merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya.


Jam poket sudah berada dalam genggamannya. Menunjuk waktu di era yang terlampau jauh dari waktu dimana mereka berada sekarang. Roda gigi yang nampak di dalamnya berputar. Menggerakan satu pintu ruang waktu yang akan melempr Hasebe jauh dari bakal tuannya ini.


Yua merasakan dekapan Hasebe menguat dan ia membalasnya. Hingga semuanya tak terasa lagi, hanya tersisa pendar kelopak sakura yang berterbangan di depan matanya.


Dia sempat mendengar suara lembut pemuda itu sebelum ia sempurna menghilang bersama angin.


"Sampai jumpa lagi, Aruji...."


***


Comments