DaiYui - Back to You

DaiYui

Back to You

 


***

Sesapan pada gelas bir lancar dilakukan oleh Daichi diiringi oleh tawa meriah dari beberapa orang di sekitarnya. Mereka; teman-temannya masih sibuk mengolok-olok pasangan Tanaka yang baru saja meresmikan hubungan mereka beberapa waktu lalu. Daichi sempat menyayangkan kenyataan bahwa ia melewatkan undangan dari Tanaka dan Kiyoko karena kesibukannya berdinas hingga ia hanya bisa menghadiri perayaan pasca pernikahan mereka ini lewat acara reuni yang sering mereka lakukan setiap tahun.

“Aku masih ingat bagaimana Shimizu terus menolaknya dulu,” kelakar Sugawara Koushi, rekan seangkatan Daichi di SMA pun di klub bola voli waktu itu.

“Ah, aku juga ingat bagaimana Tanaka mengutukku sepanjang hari karena melihatku membantu Kiyoko-san,” Ennoshita menambahkan lagi satu aib Tanaka dalam menyukai Shimizu Kiyoko sewaktu SMA.

Sesekali Daichi tertawa, menikmati arus pembicaraan. Kendati fokusnya nyata terbagi, sebagian terarah pada gadis yang duduk di ujung meja. 

Bukan mantan anggota klub bola voli putra saja yang turut memeriahkan acara reuni kali ini. Namun Shimizu yang menjadi penanggung jawab acara turut mengundang mantan anggota klub bola voli putri seangkatan mereka. Salah satu alasan mengapa Daichi memaksakan diri untuk datang meskipun dia pulang cukup larut karena jadwal piket di pos penjagaan malam sebelumnya, selain alasan karena dia memang ingin bertemu dengan rekan-rekannya dulu untuk bernostalgia dan melepas rindu.

Manik pekat Daichi masih mengejar sosok yang kini turut tertawa oleh guyonan Nishinoya sementara ia masih terus membagi perhatiannya pada Ennoshita yang beberapa kali menawarinya kudapan yang cukup jauh dari jangkauan tangan Daichi.

"Hari ini Daichi pendiam ya …." Seloroh Sugawara yang serta merta dibalas oleh satu lagi rekannya, Azumane Asahi yang mewakilinya menjawab bahwa dia tengah kehilangan sebagian staminanya karena lembur semalam.

Padahal tidak juga.

Daichi merasa cukup bugar bahkan jika setelah ini mereka memutuskan untuk mengajaknya berlomba lari menyusuri jalanan. Ia hanya tidak tahu apakah dia bisa fokus berbincang sementara pikirannya terus bertualang untuk hal lain.

Untuk gadis itu, tentunya.

Michimiya Yui, yang kini tengah meneguk sisa bir dari dalam gelasnya.

Tidak ada yang tahu bahwa sudah cukup lama Daichi menyimpan sebuah perasaan untuknya. Padahal ia tahu jelas bahwa gadis itu pun cukup berharap padanya semenjak SMA. Sayangnya saat itu romansa bukanlah prioritas utama Daichi sehingga ia memilih untuk tidak membuka suara perihal perasaannya.

Padahal dia tahu betul bahwa waktu adalah hal yang paling esensial dalam merajut sebuah hubungan. 

Kini, Daichi lumayan menyesal mengapa dia tak mencobanya menyatakan perasaannya dulu. Meskipun dia tahu bahwa hidupnya sekarang tak buruk seperti apa yang pernah ia bayangkan. Pun Michimiya yang cukup sukses meniti karir sebagai atlet profesional. 

Buah dari pengorbanan yang mereka lakukan untuk fokus pada masa depan sudah cukup ranum untuk dinikmati. Namun Daichi cukup peka tentang alasan mengapa dia tak cukup puas olehnya.

Karena dia melewatkan banyak waktu tanpa Michimiya. Dan berharap bahwa masih ada tempat untuknya dalam relung perasaan gadis itu adalah sebuah dosa. Andai saja dia waktu itu dia bisa cukup tegas berkata bahwa meskipun belum bisa, Daichi ingin suatu saat nanti mereka bisa bersama.

Andai saja ….

Hanya frasa dan kalimat pengandaian yang kerap mengambang dalam angannya.

Pun hari ini, ketika Daichi tak bisa lagi menghitung berapa kali dia terus berharap waktu akan terulang setiap netranya bertemu tatap dengan manik kembar milik si gadis Michimiya yang selalu tersenyum setelahnya.

***

"Sampai jumpa!" Ucap beberapa dari mereka sebelum perpisahan di depan izakaya.

Mereka pulang bergerombol sesuai dengan arah tujuannya. Begitu pula Daichi yang turut bergabung bersama anggota yang mengurut jalan yang sama untuk kembali ke masing-masing rumah mereka.

Saat itu ia sadar, bahwa Michimiya pun berada di sana. Rumahnya yang paling jauh dibandingkan dengan yang lain sehingga Daichi memilih untuk mencuri kesempatan dengan mengantarnya meskipun gadis itu sempat menolak.

Padahal seingat Daichi, Michimiya sempat berbohong hanya untuk bisa terus bersamanya. Penolakannya kini sedikit membuatnya frustasi, meskipun itu adalah hal yang cukup wajar dilakukan oleh dewasa seusia mereka. Menciptakan jarak yang dulu tidak pernah ada.

"Terima kasih," ucap Michimiya saat mereka tiba di depan pagar kediamannya. 

"Langsung berangkat ke Tokyo besok?" Daichi mencoba memperpanjang durasi pertemuan mereka dengan mencoba bertanya.

"Aku akan kembali menetap di Miyagi."

Secercah harapan timbul ke permukaan.

"Ah, syukurlah. Kita bisa sering bertemu kalau begitu."

Michimiya Yui mulai tertawa sebelum kemudian dia memukul ringan bahunya. "Ternyata kau ingin bertemu denganku, ya?"

"Ya."

"Ya?"

"Ehm, maksudku, tentu saja."

Raut sangsi begitu kentara pada paras Michimiya hingga ia kembali bertanya, "kenapa?"

"Karena mungkin ada banyak hal yang belum sempat kukatakan padamu."

Saat itu Daichi melihat gurat merah muda pada wajahnya yang cukup samar oleh kegelapan yang menyelimuti mereka.

Pemuda itu mengusap tengkuknya yang baik-baik saja. Sebuah gestur singkat saat ia tengah diterpa rasa canggung yang luar biasa.

"Sampai jumpa lagi kalau begitu," pungkasnya.

"Un, sampai jumpa."

Salam perpisahan sudah diucapkan namun Daichi tak juga beranjak.

"Apa lagi?" Tanya Michimiya.

"Kau tidak masuk?"

"Aku akan menunggu hingga kau pergi."

"Masuklah dulu, baru aku akan pergi."

"Tidak, kau yang pergi dulu."

Kemudian tawa kecil pecah di antara mereka.

"Michimiya …," Daichi kemudian menyambung kembali percakapan.

"Ya?"

"Apakah kau luang di akhir pekan depan?"

"M-mungkin."

"Kalau begitu mau berkencan denganku?"

Daichi waktu hingga beberapa puluh detik sampai ia menyaksikan bahwa gadis itu mengangguk oleh undangannya.

***

💌

Secreto





Comments