KonoSuzu - Birthday

KonoSuzu

Birthday


**** 


"Selamat pagi!" Kaori berkata setelah menyemburkan air hasil berkumurnya ke dalam wastafel. "Hari ini roti atau nasi?"


Akinori dengan rambut mencuat ke segala arah dan masih setengah sadar meraih sikat giginya sebelum menjawab. "Roti. Dengan telur."


Kaori hanya memberi sinyal 'oke', lalu melenggang ke arah dapur sambil bersenandung kecil.


Dia melupakan sesuatu, batin Akinori.


***


"Kaori, kau tidak melupakan sesuatu?"


Gadis di depannya itu kemudian berpikir setelah Akinori melontarkan pertanyaan sedemikian rupa.


"Ah, iya. Lemon madu kan?" Ujarnya seraya berdiri. "Aku sudah membuatnya semalam."


Dia kembali dengan mangkuk kaca berisi irisan lemon bersaus madu. Tapi bukan itu yang Akinori maksud.


Hari ini ulang tahunnya. Keterlaluan sekali kalau Kaori tak mengingat hal sepenting ini!


"Hari ini kau pulang lebih cepat 'kan?" Tanya Kaori sementara mulutnya masih mengunyah roti bakar.


"Memangnya kenapa?"


"Kau lupa janjimu untuk menemaniku maraton drama yang sudah kurekam selama sebulan ini?"


Ah. Itu?


"Aku tidak tahu."


"Kau harus pulang lebih awal. Titik!"


***


Bahkan hingga keluar dari genkan apartemen pun dia tak mendengar ucapan selamat dari Kaori. Dia sempat kembali menanyakan apakah wanita itu tidak melupakan sesuatu tentangnya. Tapi yang dia dapatkan justru secarik kertas berisi daftar belanjaan.


"Menyebalkan!" Rutuk Akinori kecut sambil meninggalkan gedung apartemen.


Hari ini pun ia lewatkan dengan penuh hela napas. Meskipun banyak rekan sejawat yang memberinya ucapan selamat, sepertinya ucapan ulang tahun yang Kaori lewatkan cukup membuatnya kesal dan tak lagi merasa ucapan lain terasa istimewa.


Namun ajakan untuk merayakan ulang tahun oleh teman sejawatnya langsung Akinori terima begitu saja. Dia tahu Kaori akan marah, tapi dia sendiri tengah marah. Jadi mereka impas 'kan?


***


Lampu sudah padam ketika Pemuda itu masuk ke dalam apartemen. Kaori pasti sudah tidur, atau kalau tidak dia tengah menonton drama yang ia rekam dalam gelap. Itu sudah biasa.


Tapi Akinori tidak melihat ada tanda kehidupan saat ia masuk ke ruang tengah. Televisi dalam keadaan mati. Mungkin Kaori benar-benar sudah tidur dan itu membuat rasa kesalnya makin dalam.


Dia menyalakan lampu ruang tengah dengan segera. Berniat menghabiskan sisa hari ini dengan bersantai di sana; dengan meminum sesuatu, misalnya. Akinori hendak membanting dirinya ke atas sofa sebelum ia sadar kalau seseorang tengah tertidur di sana.


"Cih, setidaknya jangan buat aku mengangkutmu ke kamar!" Gerutunya. Dan alih-alih sejalan dengan kalimat yang baru saja ia lontarkan, Akinori justru berbalik ke arah dapur, mencari sesuatu di dalam kulkas.


Dia pikir kulkas akan sepi karena hari ini pun dia mengabaikan daftar belanja yang tadi Kaori selipkan padanya. Tapi kali ini dia dikejutkan dengan kue coklat yang hiasannya tidak sempurna. Si pembuatnya pasti berusaha menggambar karakter tertentu, tapi dilihat dari manapun, tidak ada karakter yang mirip dengan ilustrasi yang tertera pada kue itu. Hanya kalimat "Selamat Ulang Tahun" yang bisa Akinori baca dengan jelas.


Pemuda itu mengarahkan pandangannya ke arah wanitanya yang tetap tertidur meskipun dia sempat membuat kebisingan dengan tidak sengaja menendang kaki meja.


Sakit, sialan ….


Kedua manik Akinori kemudian berhenti ke atas meja makan yang di atasnya terdapat beberapa piring makanan dengan lilin aromaterapi yang diletakkan di pusat meja. Pemuda itu terkekeh, menyadari betapa Kaori tidak memiliki sense yang jelas dalam hal estetika.


***


"Selamat pagi!" 


Kaori itu tidak menjawab saat Akinori selesai menyiapkan sarapan lalu menyapanya. Dia hanya duduk, lalu mulai menyantap sarapannya dalam diam.


"Aku ingin kudapan hari ini!" Sambung Akinori dengan senyum paling manis. Tapi sepertinya senyum itu tidak memberi efek bagi Kaori yang masih manyun hingga saat ini.


"Boleh aku makan kue di kulkas?"


"Kue itu untuk orang yang berulang tahun kemarin. Sepertinya dia tidak butuh, jadi akan aku makan sendiri nanti!" Dia menjawab ketus.


Akinori menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Maafkan aku. Kupikir kau lupa, jadi aku menerima ajakan teman-temanku untuk merayakannya."


"Kalau begitu kau sudah makan kue kan?"


"Tapi kan aku ingin makan buatanmu!"


"Kue buatanku tidak enak!"


"Peduli apa?"


Tanpa menunggu persetujuan, Akinori berdiri lalu mengeluarkan benda yang mereka ributkan dari kulkas. Tak lupa dia mengambil sendok untuk memakannya.


"Jangan pakai sendok! Potong dulu kuenya!" Kaori menjerit tapi pemuda itu tidak peduli.


Gadis itu hendak merebut sebelum si pemuda justru meletakkan kuenya di atas kulkas tinggi itu lalu menangkap pinggangnya.


"Jadi mana ucapannya?" Tanyanya, setengah berbisik.


"Sudah lewat."


"Hm?"


"Aku bilang sudah lewat kan!"


Akinori sempat terkekeh sebelum dia mendekat, lalu mengecup bibir Kaori selama beberapa kejap.


****


I'll ne very happy if you leave me a feedback:

Comments