KonoSuzu - Naresome

KonoSuzu

馴れ初め



naresome (na.re.so.me)

the begining of love


****

Bagi Suzumeda Kaori, eksistensi Konoha Akinori adalah sesuatu yang istimewa jika ia harus membandingkannya dengan puluhan kepala yang pernah singgah dalam hidupnya. Bukan tanpa alasan, karena menurutnya Konoha memberinya lebih banyak wawasan yang berbeda akan satu jenis makhluk bernama manusia.


Selama ini Kaori menganggap bahwa mayoritas makhluk yang merupakan spesies sama dengannya itu hanyalah pemuja penampilan yang jelas tak ingin melihat sesuatu yang tidak indah lewat di depan mata mereka.


Benar.


Bagi Kaori yang tak lahir dengan wajah jelita menurut standar yang dianut oleh mayoritas orang di sekitarnya, keberadaannya hanyalah sebuah pelengkap yang tak pernah menjadi medan magnet dengan daya tarik tinggi. Lebih buruknya lagi, segelintir orang saja yang pernah menganggapnya ada. Namun itu hanyalah pengalaman pahitnya sebelum ia bergabung dengan klub bola voli di SMA. Sebelum dia bertemu dengan beberapa karakter manusia yang setidaknya tak pernah enggan untuk berinteraksi dengannya, meski itu pun tak membuat penilaiannya akan manusia berubah dalam waktu singkat.


Kendati demikian, setidaknya pertemuannya dengan Konoha cukup memberikan sedikit impak walaupun itu tidak bisa dibilang sebagai perubahan yang signifikan. Kaori tak lagi membangun dinding tinggi untuk melindungi dirinya dari ketakutan bahwa dia akan dibuang dengan menjadi dirinya sendiri. 


Ya, selama ini orang yang dia kenal kerap berkata; jadilah apa yang mereka suka kalau dengan itu kau bisa membaur dan bisa berinteraksi bersama.


Kaori pernah melakukannya. Dia memakai baju yang tidak pernah menjadi seleranya. Memoles diri dengan make up yang selama belasan tahun tak pernah ia sentuh karena merasa tak nyaman menggunakannya. Namun hasilnya nihil. Tak satu dua orang yang mundur saat mereka tahu seperti apa Kaori sebenarnya.


Padahal dia tidak sebegitu buruk rupa. Namun kalau ada yang ingin Kaori ubah, maka dia ingin bintik di kedua pipinya itu hilang agar dia lebih sedap dipandang. Kalau tidak bisa secantik aktris atau idol ibukota, setidaknya dia ingin memiliki kulit halus seperti milik Shirofuku Yukie; rekannya sesama menejer di klub bola voli Fukurodani.


Pernah satu kali, Komi━salah satu anggota klubー bilang bahwa Kaori akan terlihat cantik apabila dia melakukan suatu perubahan. 


"Kau bisa menggerai rambutmu yang selalu diikat itu," katanya.


Hari berikutnya, Kaori mengikuti sarannya. Dan, benar. Tidak sedikit orang mengatakan bahwa ia nampak cantic dengan gaya barunya. Tapi lain halnya dengan Konoha. Pemuda itu sama sekali tak memujinya, sampai waktu istirahat tiba.


“Apa?” Kaori jengah melihat si sipit itu duduk membawa bekal makanannya ke meja yang sama, lalu dengan jangka waktu cukup lama dia menatap Kaori yang sibuk dengan makanannya itu dalam diam.


“Bisakah kau ikat saja rambutmu itu? Aku tidak suka.” Ucapnya serta merta. Membuat Kaori nyaris tersedak oleh potongan acar lobak dalam mulutnya.

Hampir semua orang yang mengenalya bilang bahwa dia terlihat cantic dengan rambutnya yang terurai. Tapi kenapa justru Konohaーyang ia yakin memiliki perasaan padanyaー justru bilang bahwa dia tidak suka dengan penampilan barunya?


Kaori murka. Tapi dia tidak memiliki urgensi yang sah untuk ia bisa mencela Konoha dengan seleranya. Mungkin pikiran bahwa pemuda berkepala pirang abu itu menyukainya hanyalah asumsinya semata. Toh Konoha belum pernah menyatakan itu padanya.


“Terima kasih sudah mengatakannya. Tapi aku tidak akan menurutimu hanya karena kau bilang bahwa kau tidak suka model rambutku ini.” Cetus Kaori kesal sambil mencoba berkonsentrasi dengan makan siangnya.


Kekesalannya bukan tidak beralasan. Karena dia pun cukup tertarik dengan geliat si pemuda yang selama bebera waktu ini terus menempel padanya hingga asumsi bahwa Konoha menyukainya muncul begitu saja. Dan usaha Kaori untuk sedikit melakukan perubahan pun tidak luput dari alasan bahwa dia ingin pemuda itu lebih dalam lagi melihatnya.


“Aku punya sesuatu untukmu,” sambung Konoha, sementara tangannya sibuk memindahkan tamagoyaki ke dalam kotak bekal Kaori yang sebelumnya hampir habis isinya.


“Konoha, aku sedang diet.” Protes Kaori, tanpa memungkiri bahwa tamagoyaki adalah salah satu menu kesukaannya.


“Kau tidak puas dengan bentuk tubuhmu? Kenapa harus diet?” Cibir si pemuda.


“Memangnya salah kalau aku ingin terlihat cantik?”


“Kau ingin terlihat cantik di mata siapa memang?”


Yayaya, Kaori tidak pernah terpikir bahwa kata-kata ini akan keluar dari bibir Konoha. Dan payahnya lagi, dia tidak bisa menjawab dengan cukup jemawa karena kenyataannya dia pun ingin perhatian darinya.


“Aku tidak suka melihat orang lain menatapmu seolah kau ini obyek yang diciptakan untuk mereka lihat.”


Hhmmm ....


“ーya?”


“Aku tidak akan mengulanginya.”


“Kalimatmu terdengar seperti orang yang sedang cemburu.”


“Kenapa memang? Salah?”


Kaori benci kenyataan bahwa Konoha bisa dengan mudah melontarkan apa yang tengah dia pikirkan, berbeda dengannya yang lebih memilih untuk menyimpannya dalam-dalam.


“Kau siapaku memang?”


“Bukan siapa-siapa. Tapi memangnya kau tidak ingin aku menjadi seseorang yang penting bagimu?”


Permisiiiii?


Kaori memilih diam, melihat pemuda itu yang turut diam menghabiskan isi bekalnya. Beruntung rotasi bangku minggu ini Kaori mendapatkan tempat di ujung ruangan di mana tak banyak orang ingin bergumul ramai di sana. Dia berharap tak seorang pun mendengar apa yang dia dan Konoha bicarakan.


“Itu saja,” pungkas Konoha. Menutup obrolan yang tak lagi berlanjut. Dia memberesi kotak bekal yang sudah kandas menampilkan dasarnya.


Sebelum beranjak, Konoha merogoh saku celananya yang dalam. Mengeluarkan sebentuk ikat rambut dengan hiasan karakter yang Kaori sadari sebagai salah satu maskot favoritnya. “Barangkali kau suka,” ucap Konoha selepas meletakkannya di atas meja lalu berlalu begitu saja.


Kaori bergeming menatap benda itu dengan batinnya yang terus meronta meminta kejelasan.

Tentang apa sebenarnya hubungannya dengan Konoha.

****

 

 



Comments